Kamis, 19 Desember 2013
Meski dikaruniai kemampuan olah
bola yang amat hebat, Messi memiliki satu kondisi medis khusus. Di dalam
tubuhnya tidak terdapat cukup banyak hormon yang membuatnya bisa tumbuh normal
seperti anak seusianya.
Messi kemudian menyebut: "Ketika saya berusia
11 tahun, mereka menemukan bahwa saya memiliki kekurangan hormon pertumbuhan
dan saya harus memulai perawatan untuk membuat tubuh saya bisa tetap tumbuh
secara normal. Setiap malam, saya mendapatkan suntikan di kaki saya, malam demi
malam, setiap hari dalam seminggu, dan hal ini berlangsung terus selama tiga
tahun."
"Saya amat kecil, mereka menyebut saya sepeti
itu ketika saya berada di atas lapangan atau ketika saya berada di sekolah,
saya selalu menjadi yang terkecil di antara semua. Saya selalu seperti itu
hingga saya menyelesaikan perawatan dan mulai tumbuh secara normal."
2.
Tak
Ada Biaya
Perawatan yang diterima oleh Messi memang efektif, namun juga memakan biaya
yang mahal, sekitar 1500 dollar per bulan. Tentu saja biaya itu jauh melebihi
kemampuan yang dimiliki oleh keluarga Messi. Bantuan dari beberapa pihak
membuat Messi kecil mampu terus meneruskan perawatannya, namun hanya untuk
jangka waktu dua tahun.
Ayah Messi, Jorge, tidak punya pilihan lain selain
meminta bantuan dari klub profesional yang menginginkan jasa Leo. Klub itu tak
lain adalah Newell's Old Boys, yang memang berpusat di daerah tempat tinggal
Messi.
"Mereka berkata, 'kami akan membayar biaya
perawatannya, jangan khawatir'," ujar Jorge. "Namun saya hampir-hampir
seperti mengemis, mereka memberikan saya 300 peso dan hanya itu. Jika mereka
memang membayar, maka tentu saja (dia) akan tetap tinggal di Newell's."
3.
Komentar
Rekan
Mantan rekan setim Messi, Gerardo Grighini memiliki komentarnya sendiri
mengenai perawatan yang dijalani oleh Messi dan bagaimana hal itu membuatnya
menjadi dirinya yang sekarang.
"Ia akan menerima semua suntikan itu seolah
itu adalah hal yang biasa. Apa yang membuatnya berada di level permainan yang
seperti saat ini adalah talenta serta keyakinan yang ia miliki. Leo tahu bahwa
ia harus melakukannya untuk menjadi pemain profesional."
"Minggu demi minggu, setiap hari. Sebelum
pergi tidur. Tujuh hari di satu kaki, tujuh hari lain di kaki sebelahnya. Dan
dia lama-kelamaan mulai terbiasa dengan semua itu. Hal itu terlihat alamiah
untuknya."
Grighini kemudian menambahkan: "Saya tidak
berpikir semua orang yang berusia 10 atau 11 tahun memiliki mental untuk
mengatakan 'Saya akan melakukan ini karena itu akan membantu saya di masa
depan....namun ia tahu bahwa itu akan membantu dirinya untuk menggapai mimpi"
4.
Kekurangan
Menjadi Kelebian
Secara postur Messi sudah barang tentu tidak memiliki modal yang bagus untuk
menjadi seorang pesepakbola hebat. Tubuhnya cukup kecil untuk seorang atlet dan
tak sedikit orang yang menganggapnya tak mampu mengatasi hadangan fisik dari
pemain lain di atas lapangan.
Namun sebaliknya, Messi justru menganggap itu
sebagai suatu kelebihan.
"Saya pikir menjadi lebih kecil dari yang
lain membuat saya lebih cepat dan lincah dan itu membantu saya ketika bermain
sepakbola."
Adrian Coria, eks pelatih Messi di Newell's, yang
kini menjadi bagian dari staff teknis Barcelona, juga setuju dengan anggapan
Messi itu. "Mungkin kami tidak sadar akan hal tersebut pada awalnya, namun
dalam sudut pandang tertentu menjadi kecil adalah suatu keuntungan tersendiri,
anda bisa mengontrol bola dengan lebih baik, anda lebih cepat dan lincah
dibandingkan dengan yang lainnya."
5.
Tuduhan
Dopping
Tak sedikit orang yang menuduh bahwa hormon pertumbuhan yang diterima oleh
Messi semasa kecil mengandung zat yang membuat fisiknya menjadi lebih kuat dari
orang lain yang tumbuh secara normal.
Dokter yang menangani Messi, Diego Schwarsztein,
mecoba menjelaskan hal ini.
"Apakah itu doping? Hormon pertumbuhan sudah
sering digunakan sebagai suplemen untuk orang dewasa yang bahkan tak
membutuhkannya, dengan tujuan untuk meningkatkan performa di bidang
olahraga."
"Namun anda harus membedakan antara perawatan
hormon pertumbuhan dengan orang dewasa yang tak membutuhkannya, yang
melakukannya dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan fisik - dan seringkali
menggunakannya dalam dosis tinggi, yang kemungkinan besar bisa mengakibatkan
efek amat negatif - dengan perawatan yang dbutuhkan oleh seorang anak yang
mengalami kekurangan secara fisik."
6.
Pengakuan
Talenta
Banyak orang mungkin heran mengapa Newell's rela menghabiskan banyak uang,
waktu dan usaha untuk seorang bocah 10 tahun, yang bahkan belum pasti akan
menjadi pemain hebat saat itu.
Pelatih Messi di Newell's, Gabriel Digeralami,
memiliki jawabannya.
"Secara teknis ia memiliki bakat yang tidak
pernah saya lihat ada di anak lain. Dalam saut kesempatan saya mencoba
memainkannya sebagai seorang sweeper dan yang mengejutkan saya adalah bahwa ia
bermain layaknya itu adalah laga terakhir di dalam hidupnya."
"Di sisi lapangan Newell's, direktur
seringkali memintanya untuk melakukan trik keepy-uppy (mengangkat
bola dengan kaki untuk kemudian menahannya di kepala selama beberapa saat)
sebelum laga, atau di pertengahan permainan. Ketika kami pergi ke Mar del
Plata, atau di sekitar sana, sebelum laga ia akan melakukan trik itu dan mereka
akan memberinya uang."
"15 menit berlalu dan ia masih tidak
kehilangan kontrol atas bola. Jadi orang-orang akan mulai berdatangan dan
melemparkan koin ke arahnya. Di Peru, saya pikir ia mendapatkan tak kurang dari
1.200 keping. Kala itu ia masih berusia 9 tahun."
Digeralami melanjutkan. "Kala itu ia mampu
melakukan lima flick-overs(mengontrol bola dengan kaki bagian
belakang) terhadap satu pemain. Pemain itu kemudian merebahkan dirinya ke tanah
dan meraih kaki Leo (sambil tertawa). Selain itu, ia hanya setinggi 1,40 meter
, sedangkan pemain yang lain sekitar 1,70 meter. Itulah bagaimana ia menikmati
permainannya. Ia tidak melakukannya untuk pamer...tidak, tidak, tidak. Tidak
pernah ada ada kesombongan sama sekali, sama sekali."
7.
Sikap
Baik
Salah seorang mantan pelatih di Newell's, Quique Dominguez, menyebut: "Ada
seorang pesepakbola, yang jatuh karena minuman, pesta, ego berlebihan, dan
banyak pemberontakan ... Leo sama sekali bukan orang yang seperti itu."
Dominguez lalu menambahkan: "Untuk Leo sepertinya bola sudah menjadi
bagian dari tubuhnya."
8.
Dikunci
Di Kamar Mandi
Messi sudah memiliki kemampuan untuk meningkatkan prestasi tim yang ia bela
semenjak masih muda.
"Pada partai final di satu turnamen, saya
ingat bahwa jika kami menjadi juara, kami akan memenangkan sepeda, dan kami
memulai laga tanpa Leo, kala itu ia masih belum tiba," kenang rekan setim
Leo, Juan Juan Leguizamon.
"Kami menyelesaikan babak pertama dengan
ketinggalan 1-0. Kemudian ia datang. Rupanya ia dikunci di kamar mandi di
rumahnya dan harus memecahkan kaca di pintu untuk bisa keluar. Kami akhirnya
menang dengan bantuan tiga gol dari Leo."
9.
Masa
Sulit Di Barelona
Kesulitan finansial yang diakibatkan oleh penyakit yang diderita Messi masih
belum menemukan solusi. Hingga akhirnya keluarga memutuskan bahwa satu-satunya
jalan yang terbaik adalah untuk melakukan perjalanan lebih dari 10.000
kilometer jauhnya menuju Barcelona, yang menjanjikan mereka untuk membayar
semua biaya perawatan.
Ini sejatinya adalah langkah besar sebelum Messi
akhirnya menjadi bintang dunia, namun itu harus dibayar dengan harga yang mahal
- kesatuan keluarganya.
Enam bulan setelah memutuskan pindah ke Barcelona,
semuanya tidak berjalan sesuai dengan rencana. Leo, yang kala itu masih berusia
13 tahun, harus membuat keputusan yang tak hanya akan mempengaruhi dirinya,
namun juga seluruh keluarganya, untuk selamanya.
Dua cedera parah membuatnya tidak bisa memainkan
satu laga pun. Keadaan semakin buruk karena keluarganya sama sekali tidak
senang dengan keadaan itu. Ini wajar karena mereka mengalami kesulitan untuk
menyesuaikan diri dengan kehidupan baru, termasuk adik perempuannya yang
berusia 6 tahun.
Kala itu seluruh anggota keluarga berkumpul untuk
membahas masalahnya, dengan satu pertanyaan yang hanya akan bisa dijawab oleh
Leo
"Bagaimana jadinya? Apakah kita tinggal atau
pulang?"
10. Masa Sulit Di Barcelona
Jawaban Messi akan menentukan nasib keluarganya, masa depannya dan di atas
semua itu, kebahagiaannya.
Jorge Messi rupanya masih ingat hari penting itu.
"Saya bertanya pada Leo tentang apa yang ingin ia lakukan, karena semua
keputusan ada di tangannya, jika ia ingin kembali ke Argentina, maka kami semua
akan kembali."
Leo kemudian melihat saya dan menjawab: 'Tidak,
saya ingin tinggal, saya ingin bermain sepakbola di Barcelona dan saya ingin
bermain di tim utama Barcelona'. Itu adalah keputusannya sendiri, tidak ada
yang memaksanya. Karena itulah saya memutuskan untuk tinggal bersamanya."
Celia Messi akhirnya kembali ke Rosario bersama
saudara messi yang lain. Ia masih tinggal di Argentina, sedangkan Jorge lebih
banyak berdomisili di Spanyol. Jorge Messi kemudian mengaku bahwa jika ia dapat
memutar waktu kembali, ia tak akan membiarkan keluarganya terpisah seperti itu.
11. Masalah Kontrak
Tak hanya masalah fisik, kontrak juga
menjadi penghalang bagi Messi di masa awal ia bergabung bersama Barcelona.
Perwakilan Leo awalnya memberitahukan pada Jorge bahwa ia akan mendapatkan 100
juta peseta per tahun dan Jorge akan dicarikan pekerjaaan. Janji pertama tidak
pernah dipenuhi dan yang kedua membutuhkan waktu berbulan-bulan sebelum
akhirnya terwujud. Masalah inilah yang kemudian membuat Jorge mulai saat itu
tak hanya menjadi ayah bagi Messi, namun juga manajernya.
Nasib baik kemudian mulai terjadi pada Messi. Pada tangal 5 Desember, sembilan
bulan setelah ia menandatangani kontraknya yang pertama, akhirnya diputuskan
bahwa ia akan menerima gaji yang setara dengan seorang pemain Barcelona B dan
Jorge mendapatkan pinjaman untuk merenovasi flat mereka di
Barcelona.
12. Bintang Dunia
Banyak hal aneh dan unik yang
terjadi dalam karir seorang pesepakbola, namun Messi adalah salah satu yang
mampu bertahan. Kenyataannya, kebanyakan dari mereka yang memutuskan untuk
menjadi pemain profesional di usia 12 tahun akan gugur satu persatu sebelum
mampu berkembang.
Mengejar impian di sepakbola membuat Messi dan
keluarganya dipaksa untuk membuat pengorbanan yang hampir menghancurkan mereka,
namun determinasi dan kemampuannya membuat ia bisa mewujudkan ambisinya itu dan
mendapatkan hormat layaknya dewa, seperti yang saat ini ia nikmati, dari jutaan
orang di seluruh dunia.
Selasa, 10 Desember 2013

PERMUSUHAN antara Barcelona dan Real Madrid bermula pada masa Franco. Siapa Franco? Dia adalah seorang Jenderal yang menjadi penguasa diktator di Spanyol pada tahun 1930-an. Barcelona, sampai sekarang, adalah ibukota dari Provinsi Catalonia (Catalunya), yang sebagian besar penduduknya adalah dari suku bangsa Catalan dan Basque.
Bagi rakyat Catalan, ada istilah semacam ‘El Barca Es Mas Que Un Club’ (Barca bukan hanya sekedar klub), namun lebih dari itu. Barcelona merupakan cerminan dari dendam ‘pemberontakan’ dan perjuangan social-politik kaum tertindas, terpinggirkan, terjajah di sebuah wilayah kekuasaan yang bernama kerajaan Spanyol.
Gambaran perlawanan yang paling jelas adalah kalimat ‘Catalonia is Not Spain’ yang selalu menghiasi spanduk fans Barcelona ketika kesebelasan kesayangan mereka bertanding-hadapan melawan Real Madrid, yang sudah sejak tahun 1930-an, pada zaman Jenderal Franco yang kejam, merupakan klub favorit pemerintah Spanyol.
Jenderal Franco melarang penggunaan bendera dan bahasa daerah Catalan. FC Barcelona kemudian menjadi satu-satunya tempat dimana sekumpulan besar orang dapat berkumpul dan berbicara dalam bahasa daerah mereka. Oleh sebabnya, setiap laga El-Clasico pendukung Barca terlihat kerap membawa bendera Catalonia (biru, kuning dan merah-marun) sebagai bendera mereka, bukan bendera nasional Spanyol pada umumnya.
![]() |
Di lapangan sepakbola, titik nadir permusuhan ini terjadi pada tahun 1941 ketika para pemain Barcelona diinstruksikan (dibawah ancaman militer) untuk kalah dari Real Madrid.
Sejak saat itu FC Barcelona menjadi semacam klub Anti-Franco dan menjadi simbol perlawanan Catalonia terhadap Franco, dan secara umum, terhadap Spanyol. Ada juga klub-klub lain di Catalonia seperti Athletic Bilbao dan Espanyol. Athletic Bilbao sampai saat ini tetap pada idealismenya untuk hanya merekrut pemain-pemain asli Basque, tetapi dari segi prestasi tidak sementereng Barcelona.
Demikian juga dengan Espanyol. Sementara yang dijadikan simbol musuh, tentu saja, adalah klub kesayangan Franco yang bermarkas di ibukota Spanyol, FC Real Madrid. Sebagai sebuah simbol perlawanan, kultur dan karakter Barcelona kemudian terbentuk dengan sendirinya. Siapapun pelatihnya, dan gaya apapun yang dipakai, karakternya hanya satu: Menyerang!.
Demikian juga dengan Espanyol. Sementara yang dijadikan simbol musuh, tentu saja, adalah klub kesayangan Franco yang bermarkas di ibukota Spanyol, FC Real Madrid. Sebagai sebuah simbol perlawanan, kultur dan karakter Barcelona kemudian terbentuk dengan sendirinya. Siapapun pelatihnya, dan gaya apapun yang dipakai, karakternya hanya satu: Menyerang!.
Sebagai penyerang, Barcelona bermaksud untuk mendobrak dominasi Real Madrid (dan bagi orang Catalonia, mendobrak dominasi Spanyol). Untuk itulah Barcelona pantang bermain bertahan, karena itu adalah simbol ketakutan. Kalah atau menang adalah hal biasa. Tapi keberanian memegang karakter, itulah yang menjadi simbol perlawanan.
Pada tahun 50-an dan 60-an, Barca memang tertutup oleh kejayaan Real Madrid yang waktu itu diperkuat Ferenc Puskas, Di Stefano, dsb. Sebagai anak emas Franco sejak tahun 1930-an, Real Madrid memang selalu memiliki sumber dana besar untuk belanja pemain. Barcelona sendiri, pada 2 dasawarsa tersebut hanya bisa memenangi 4 kali liga spanyol, 2 kali piala raja, dan satu kali piala Inter City Honest (yang kemudian menjadi UEFA Cup).
Bersama kompatriotnya, Johan Neeskens, mereka langsung membawa Barcelona memenangi gelar liga spanyol (setelah sebelumnya 14 tahun puasa gelar), dan dalam prosesnya tahun itu sempat mengalahkan Real Madrid di kandang Madrid sendiri dengan skor 5-0 (!).
Selanjutnya, permusuhan itu terus ada, meskipun tidak sesengit pada tahun-tahun awalnya, sampai sekarang. Bisa dibilang, rivalitas saat ini sudah lebih sportif dan berjalan dengan lebih sehat. Tapi permusuhan yang sejak dulu telah begitu mengakar menjadikan duel diantara keduanya selalu menjanjikan sesuatu yang spesial.
Inilah mengapa duel antara Barcelona dengan Real Madrid yang terjadi setidaknya 2 kali setiap tahunnya (di liga Spanyol) disebut dengan el classico, karena memang menyajikan satu duel klasik dengan sejarah panjang terbentang dibelakangnya.
Inilah mengapa duel antara Barcelona dengan Real Madrid yang terjadi setidaknya 2 kali setiap tahunnya (di liga Spanyol) disebut dengan el classico, karena memang menyajikan satu duel klasik dengan sejarah panjang terbentang dibelakangnya.

Meski berulang setiap tahun, akan tetapi saking monumentalnya duel ini membuat Johan Cruyff dan Bobby Robson ketika menjadi pelatih Barcelona pada era akhir 1980-an sampai akhir 1990-an sampai mengibaratkan el classico sebagai sebuah perang, bukan sekedar pertandingan sepak bola.
Baik pelatih Real Madrid maupun pelatih Barcelona ketika menghadapi el classico akan merasa seperti membawa sepasukan 'serdadu' perang, bukan sebuah 'kesebelasan' sepak bola, karena begitu besarnya kehormatan yang dipertaruhkan.
Baik pelatih Real Madrid maupun pelatih Barcelona ketika menghadapi el classico akan merasa seperti membawa sepasukan 'serdadu' perang, bukan sebuah 'kesebelasan' sepak bola, karena begitu besarnya kehormatan yang dipertaruhkan.
Demikian juga pertaruhan bagi pelatih, karena ketika dia diangkat sebagai pelatih seolah sudah ada beban yang diberikan oleh klub: "Anda boleh kalah dari siapa saja di liga ini, tapi jangan sampai kalah dari Real Madrid...,"
Meski begitu di dalam lapangan, peperangan ini sepanjang sejarahnya selalu berlangsung dalam sportifitas yang tinggi, karena sportifitas pun merupakan satu bentuk kehormatan yang harus dijaga. Ini soal nama baik.
Transfer pemain adalah salah satu bentuk perang di luar lapangan. Dalam hal ini, perpindahan pemain dari Barcelona ke Real Madrid (maupun sebaliknya) akan dianggap sebagai sebuah bentuk pengkhianatans Figo mungkin adalah salah seorang yang paling mengerti mengenai hal ini.
Direkrut oleh Barcelona pada tahun 1996, pemain Portugal yang kala itu bukan siapa-siapaa tersebut kemudian menemui masa-masa jayanya. Barcelona memberinya peranan signifikan sebagai sayap kanan tim, dan bersama Rivaldo membawa Barcelona berjaya pada akhir tahun 1990an.
Direkrut oleh Barcelona pada tahun 1996, pemain Portugal yang kala itu bukan siapa-siapaa tersebut kemudian menemui masa-masa jayanya. Barcelona memberinya peranan signifikan sebagai sayap kanan tim, dan bersama Rivaldo membawa Barcelona berjaya pada akhir tahun 1990an.
Akan tetapi, pada tahun 2001, dunia tersentak ketika Figo menerima tawaran Real Madrid dengan iming-iming gaji dua kali lipat dan nilai transfer yang ketika itu menjadi rekor pembelian termahal seorang pemain sepak bola.
Nilai itu melebihi batas klausul transfer Figo, sehingga Barcelona harus menerima tawaran tersebut berdasarkan aturan Bosman. Meski begitu, transfer itu tetap tidak akan terjadi seandainya Figo secara pribadi tidak menerima tawaran Real Madrid. Toh akhirnya Figo berkhianat.
Dalam duel el classico tahun berikutnya, ketika pertandingan dilangsungkan di Nou Camp (kandang Barcelona), Figo menerima sambutan monumental yang mungkin tidak akan dilupakannya seumur hidup.

Seorang pendukung Barcelona di tengah-tengah pertandingan berhasil menerobos pagar petugas keamanan, sambil memakai bendera Barcelona sebagai jubah, kemudian berlari ke arah Figo membawa sebuah hadiah istimewa, yakni: Sebuah kepala babi, lengkap dengan darah masih menetes dari lehernya. Ia kemudian melemparkan bendera Barcelona dan kepala babi itu ke arah Figo.
Figo sendiri hanya terdiam menunduk beberapa saat, lalu berjalan menjauh. Entah apa yang ada dalam pikirannya saat itu, karena ia tahu kepala babi itu adalah simbol keserakahan dan pengkhianatan.
Dalam hal prestasi, Real Madrid memang masih di atas Barcelona. Jarak prestasi itu terjadi terutama pada tahun 1950-1970an, ketika Real Madrid menjadi anak emas Franco dan memiliki kekuatan finansial jauh diatas Barcelona untuk membeli bintang-bintang sepakbola nan bersinar dari seluruh dunia dan tradisi itu masih berlanjut hingga sekarang.
Mes que un
club adalah kalimat yang bakal
ditemui di segala penjuru Estadi del FC Barcelona atau stadion Klub Sepakbola
Barcelona yang lebih dikenal sebagai Camp Nou. Kalimat itu juga tertulis
besar-besar di deretan bangku penonton sehingga semua orang yang memasuki Camp
Nou akan melihatnya sangat jelas.
Apakah arti
kalimat itu? Seorang pemandu di Museum Barcelona mengatakan, "Mes que un
club berarti 'lebih dari sekadar klub'. Itulah FC Barcelona. Kami lebih dari
sekadar klub sepakbola."
Memang FC
Barcelona adalah klub olahraga yang paling mewakili wilayah Catalunia,
sekaligus duta yang membawa nama Barcelona ke seluruh dunia. Namun FC Barcelona
adalah juga "more than a club" bagi
banyak orang yang melihat Barca sebagai pembela gigih hak-hak demokratis dan
kebebasan.
Salah satu
alasan bahwa FC Barcelona layak menyandang semboyan itu adalah keputusan klub
untuk memberikan kontribusi 0,7 persen dari pendapatan bagi Yayasan FC
Barcelona yang berkomitmen dalam program kemanusiaan Unicef. Maka tak heran
bila logo Unicef ditempelkan juga di seragam pemainnya. Inilah yang
membuat Barcelona unik.
"Sepak
bola telah menjadi fenomena global, dan dukungan untuk Barcelona telah menyebar
di seluruh dunia. Jumlah anggota klub dari luar Catalonia dan Spanyol terus
meningkat, dan klub ingin menanggapi semangat untuk Barca itu. Cara terbaik
adalah menjadi "lebih dari sebuah klub di seluruh dunia", dengan
membawa kepedulian terhadap kemanusiaan," demikian tertulis dalam fcbarcelona.com.
Semboyan 'mes
que un club' pertama kali diungkapkan oleh Presiden Narcis de Carreras, dalam
pidato di bulan Januari 1968. Ia menggunakan kata-kata ini untuk menggambarkan
pentingnya FC Barcelona di Catalonia, sebagai salah satu simbol perjuangan
Catalonia untuk merdeka.
Kemudian, pada
tahun 1973, dalam kampanye pemilihan kembali menjadi presiden klub, Agusti
Montal i Costa mengadopsi semboyan tersebut. Barca adalah "quelcom més
que un club de futbol"
(sesuatu yang lebih dari sebuah klub sepak bola), katanya dalam kampanye, yang
akhirnya dimenangkan oleh Lluís Casacuberta.
Ditilik lebih
jauh, semboyan 'mes que un club' adalah
pemikiran pendiri klub Joan Gamper selama kepemimpinannya tahun 1908. Saat itu
Gamper berusaha menyelamatkan klub dari penutupan. Pada 2 Desember 1908, Gamper
dengan lantang mengatakan, "Barcelona tidak boleh dan tidak bisa mati.
Jika tak ada seorang pun yang ingin menyelamatkan, saya akan bertanggung jawab
penuh dan merawatnya di masa depan."
Gamper
menyatakan, alasan klub harus tetap berdiri adalah demi olahraga. Namun ada hal
lain, yakni klub harus menjadi organisasi pro-Katalan dan aktif melayani
negaranya yakni Catalonia. Di situlah FC Barcelona menjadi pembela hak-hak
identitas dan nasional Catalonia secara politis.
Semangat yang
disuntikkan Gamper ke FC Barcelona sejak 1908 bertahan sampai sekarang dan
ditulis dalam statuta klub. Pasal 4 statuta, menyebutkan fungsi dari klub
antara lain "melengkapi, mempromosikan dan berpartisipasi dalam aktivitas
sosial, budaya, seni, ilmiah atau rekreasi yang diperlukan untuk mempertahankan
representasi publik, buah dari tradisi kesetiaan dan pelayanan kepada anggota
klub, warga negara dan Catalonia ".
Untuk alasan
yang berbeda, orang yang tinggal di Spanyol, selain Catalonia, juga memanfaatkan
ruh 'mes que un club' sebagai
suatu bentuk perjuangan. Gerakan ini datang dari kelas intelektual dan politisi
sayap kiri yang menjadi pendukung Barca sebagai pengakuan atas perannya dalam
membela hak-hak demokratis dan kebebasan.
Kini semangat
"mes que un club" muncul
makin hebat. Namun kini semboyan itu lebih dilihat sebagai usaha pembelaan
kebebasan dan demokrasi secara global. Setiap kali FC Barcelona memenangkan
suatu pertandingan, pendukungnya juga merayakan kemenangan demokrasi dan
kebebasan atas segala bentuk penindasan. Itulah bukti bahwa FC Barcelona memang
bukan sekedar klub sepakbola.
Sumber:
Kompas.com
Barca, yang masih menggunakan Nike,
kembali ke desain strip alias garis-garis merah dan biru untuk jersey home.
Sedikit gradasi terlihat di kedua lengan. Menurut Nike, jersey ini mewakili
filosofi permainan Barca yang terlihat simpel namun sebenarnya sangat skillful.
Bagian leher jersey home ini berbentuk V
dengan warna kuning dan merah. Di dalamnya, terdapat label dengan motto Braca'
Mes que un Club'. Celana Barca masih memakai warna biru tua.
Untuk kostum away, Barca untuk pertama
kalinya menggunakan Senyera (bendera Catalan) secara terang-terangan. Seperti
halnya jersey home, terdapat label 'Mes que un Club' di bagian leher jersey
ini. Celana yang dipilih untuk jersey away berwarna merah.
Inilah
daftar skuad FC Barcelona musim 2013/2014:
- Victor
Valdes
- Martin Montoya
- Gerard Pique
- Cesc Fabregas
- Carles Puyol
- Xavi Hernandes
- Pedro Rodriguez
- Anres Iniesta
- Alexis Sanchez
- Lionel Messi
- Neymar Jr
- Jonathan Dos
Santos
- Pinto Jose
Manuel
- Javier
Mascherano
- Marc Bartra
- Sergio Busquets
- Alex Song
- Jordi Alba
- Ibahim Affelay
- Cristian Tello
- Adriano Correia
- Daniel Alves
- Isaac Cuenca
- Sergi Roberto
- Oier Olazabal(Entranador: Gerardo Daniel 'Tata' Martino)Skuad saat ini juga diwarnai dengan hadirnya pemain dari Barcelona B (Adama & Dongou) ke tim senior, bisa jadi disebabkan oleh absen lama Messi akibat cidera yg di deritanya. Musim Panas (Januari) mendatang kemungkinan besar ada pemain-pemain baru yg di beli Barca di bursa transfer musim panas mendatang.
Senin, 09 Desember 2013
kali juara Liga Champions (1991/92,
2005/06, 2008/09, 2010/11)
4 kali juara Piala Winners (1978/79,
1981/82, 1988/89, 1996/97)
3 kali juara Piala Fairs - sebelum Piala
UEFA (1955/58, 1958/60, 1965/66)
3 kali juara Piala Super Eropa (1992, 1997,
2009,2011)
22 kali juara Primera Liga (1928/29,
1944/45, 1947/48, 1948/49, 1951/52, 1952/53, 1958/59, 1959/60, 19-73/74,
1984/85, 1990/91, 1991/92, 1992/93, 1993/94, 1997/98, 1998/99, 2004/05,
2005/06, 2008/09, 2009/10, 2010/11, 2012/2013)
25 kali juara Copa del Rey (1909/10,
1911/12, 1912/13, 1919/20, 1921/22, 1924/25, 1925/26, 1927/28, 1941/42,
1950/51, 1951/52, 1952/53, 1956/57, 1958/59, 1962/63, 1967/68, 1970/71,
1977/78, 1980/81, 1982/83, 1987/88, 1989/90, 1996/97, 1997/98, 2008/09,
2009/10)
2 kali juara Copa de la Liga (1982/83,
1985/86)
14 kali juara Piala Super Spanyol termasuk
Copa Eva Duerte (1945, 1948, 1952, 1953, 1983, 1991, 1992, 1994, 1996, 2005,
2006, 2009, 2010, 2011)
2 kali juara Latin Cup (1949, 1952)
1 kali juara Interkontinental / Piala Dunia
Antarklub (2009)
Sejak FC Barcelona didirikan, klub ini memiliki lambang
sendiri yang menjadi simbol kebanggaan di baju para pemainnya. Lambang pertama
FC Barcelona ini berbentuk seperti berlian yang dibagi empat bagian, terdapat
mahkota dan seekor kelelawar di atasnya, dan dikelilingi dua cabang tanaman,
salah satunya cabang pohon laurel dan satunya lagi cabang pohon palem. Lambang
pertama klub sepak bola barcelona ini diperoleh dari lambang kota Barcelona itu
sendiri untuk menyimbolkan dari mana klub tersebut berasal.
Lambang klub ini tetap tidak berubah hingga tahun 1910. Setelah Joan Gamper
menyelamatkan klub dari krisis pada tahun 1908, pihak terkait membuat keputusan
untuk membuat lambang klub sendiri (membedakan lambang kota dan klub). Pada
tahun 1910, dibuatlah lambang klub barcelona yang baru dengan memenuhi tiga
unsur sebagai berikut:
1. Warna strip merah dan kuning mengadopsi bendera wilayah Catalonia,
mencerminkan semangat Catalanisme.
2. Gambar salib red cross untuk menghormati seorang Crusader yang pernah melindungi
wilayah Catalonia yaitu St.George, dan
3. Strip warna merah dan Biru sebagai warna jersey yang dipilih oleh Joan
Gamper, terinspirasi dr warna jersey FC.Basel, klub Joan Gamper sebelumnya.
Sejak 1910, perubahan yang dilakukan untuk desain lambang sudah berkurang,
kebanyakan hanya memodifikasi bentuk dan polanya sedikit. Perubahan terbesar
terjadi pada tahun 1939 akibat sebuah kebijakan politik di negara tersebut.
Ketika Francisco Franco memerintah, tulisan FCB di lambang barcelona digantikan
dengan CFB, untuk menunjukkan penggunaan bahasa Spanyol pada lambang klub.
Kediktatoran pemerintahan di masa itu juga mengharuskan penghapusan 2 dari 4
batang pada seperempat bagian di kanan atas lambang klub, ini bertujuan untuk
menghapus bendera Katalan di lambang tersebut. Di tahun 1949, 4 batang yang
hilang tersebut kembali dipasang di lambang klub di hari yang bersamaan dengan
perayaan ulang tahun ke-50 FC Barcelona dan pada tahun 1974 lambang FC
barcelona kembali seperti tahun 1910 lalu dengan tulisan FCB yang tertera pada
lambang klub tersebut.
Sumber :
http://www.fcbarcelona.com/club/identity/detail/card/the-crest


http://www.fcbarcelona.com/club/identity/detail/card/the-crest
Langganan:
Postingan (Atom)